Si Pelacur Dan Ahli Ibadah
Tersebutlah,
seorang ahli ibadah yang tinggal dijalanan yang berseragam dengan seorang
pelacur.
Setiap hari saat ia
berangkat untuk beribadah dan meditasi, ia selalu melihat banyak sekali
laki-laki yang keluar masuk kamar si pelacur.
Ia melihat
sipelacur menyambut dan mengantarkan mereka pulang deengan wajah yang cerah.
Setiap hari sang
ahli ibadah itu membayangkan dan melamunkan perbuatan-perbuatan yang memalukan
yang dilakukan mereka didalam kamar yang si pelacur dan hatinya seakan dipenuhi
dengan cemoohan-cemoohan terhadap perbuatan asusila yang dilakukan sipelacur.
Setiap hari si
pelacur pun melihat sang ahli ibadah itu
melakukan ibadah. Ia berpikir betapa indahnya hidup dalam kemurnian,
melewatkan waktunya dengan berdoa dam meditasi. "tetapi", keluhnya,
"sudah nasibku menjadi pelacur. Ibuku sendiri adalah seorang pelacur dan
anak gadisku pun akan menyusul. Begitulah adat negeri ini".
Suatu ketika si
pelacur dan sang ahli ibadah itu mati pada hari yang bersamaan. Dan keduanya
berdiri di depan persidangan mahkama agung surga.
Diluar dugaan, sang
ahli ibadah itu dihukum atas dosanya. "tetapi", sanggahnya,
kehidupanku penuh dengan kemurnian. Aku menghabiskan hari-hariku dengan ibadah
berdoa dan meditasi atau tafakkur.
"ya, jawab
sang pengadilan, tetapi saat tubuhmu bersatu dengan kegiatan suci, hatimu
dipenuhi dengan penilaian-penilaian kotor dan fantasi-fantasi cabul.
Sebaliknya,
sipelacur diganjar kemuliaan atas kemurnian hatinya.
"saya tidak
mengerti", katanya terheran-heran. Seluruh hidupku penuh dengan dosa, saya
telah menjual tubuh ini kepada semua lelaki yang berani membayarku.
Lingkungan
kehidupanmu memaksamu menjadi penghuni tempat tersebut. Kamu dilahirkan disana,
dan adalah diluar kemampuanmu untuk mrlakukan sesuatu di luar itu.
Tetapi ketika
tubuhmu sedang melakukan kegiatan-kegiatan yang dinilai rendah, hatimu selalu
murni dan selamanya dipenuhi oleh kemurnian doa dan perenungan yang mendalam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar