Rabu, 23 November 2011

Sumpah Suci Orang Suci


SUMPAH SUCI ORANG SUCI

Seorang suci yang sedang bermeditasi dibawah pohon pada pertemuan dua jalan. Meditasinya jadi terganggu oleh seorang penuda yang berlari dengan panik kearh jalan yang menuju dirinya.

"tolonglah saya", pemuda itu bermohon. "ada orang yang salah menuduh, dikiranya saya ini pencuri. Ia mengejar saya bersama banyak orang. Kalau mereka sampai menangkap saya, kedua tangan saya akan dipotong".

Pemuda itu kemudian memanjat pohon yang digunakan oleh orang suci itu untuk meneduhinya saat bermeditasi dan cepat-cepat bersembunyi diantara dahan-dahannya. "tolong jangan katakan pada mereka dimana saya bersembunyi". Pintanya memelas.

Orang suci tersebut tadinya melihat dengan mata batinnya bahwa pemuda itu mengatakan yang sesungguhnya. Anak muda ini bukan pencuri. Beberapa menit berlalu, datanglah sekelompok orang desa yang menghampiri dan pemimpinnya bertanya, "bapak melihat sipemuda yang lari kearah sini?".

Berpuluh-puluh tahun sebelumnya, orang suci tersebut pernah bersumpah suci untuk selalu berkata jujur, jadi iapun berkata bahwa ia melihatnya.

"kemana perginya?" kepala desa itu bertanya tak sabar.
Orang suci tersebut tak ingin mengkhianati si pemuda yang tak berdosa tadi, namun sumpahnya menakutkan baginya. Ditunjuknya pohon diatas. Penduduk desa ramai-ramai menyeret si pemuda keluar dari sela-sela pohon lalu memotong tangannya.

Ketika pendeta itu mati dan berdiri didepan mahkamah agung surga ia dikutuk karena sikapnya terhadap pemuda tak berdosa naas itu.

"tetapi", ujarnya protes, saya telah bersumpah suci bahwa saya akan selalu berkata jujur. Tapi detik itu datanglah jawaban, "kamu lebih mencintai kebanggaan daripada kebajikan. Bukan demi kebajikan kamu menyerahkan pemuda itu tak berdosa kepada para penuntutnya, namun semata-mata untuk mempertahankan citra yang kosong tentang diri anda sendiri sebagai orang suci.

Konsep kita yang keliru mengenai kebajikan hanyalah kekosongan dan suatu upaya untuk meraih pujian atau membenarkan diri semdiri mengenai betapa "salehnya" kita, supaya kita terlihat unggul ketimbang orang lain. Sering kali, karena kebajikan palsu ini diikuti banyak sekali kebodohan manusia, kebajikan menjadi senjata pamungkas dalam mendapatkan kemanusiaan sebagai kerban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar